Link Banner

Bahaya yang Mengintai Saat Kebanyakan Minum Jamu


Sebagai minuman tradisional, jamu dinilai sebagai obat herbal untuk kesehatan tubuh. Jamu sendiri memiliki ragam seperti beras kencur, kunyit asem, temulawak, pahitan, cabe puyang hingga uyup-uyup.

Pembuatan jamu memang menggunakan bahan dasar dari rempah-rempah dan akar-akaran seperti kunyit, jahe, asam, sirih, pahitan sampai gula Jawa.

Semua bahan alami ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kencing manis, kolesterol, pegal linu, sampai menurunkan berat badan.

Berbagai resep dan khasiat jamu memang sudah dikenal turun-temurun. Hanya saja dari dunia medis sendiri, para dokter mengaku belum bisa berbicara banyak tentang khasiatnya.
Mereka menilai, jamu merupakan jamuan turun temurun yang setiap pembuatannya hanya berdasarkan resep nenek moyang, belum secara ilmiah.

“Kalau jamu ini kan macam-macam dan masing-masing 'bumbunya' memiliki efek yang berbeda dan dibilang sebagai herbal. Ini tidak sama dengan obat yang sudah melewati penelitian. Kalau ini (jamu) kan enggak, (hanya) berdasarkan ilmu turun-temurun,” ujar Fiastuti Witjaksana, dokter gizi klinik dari MRCCC Siloam Semanggi* kepada CNNIndonesia.com.

Belum adanya penelitian ilmiah tersebut, dikatakan Fiastuti menyebabkan terbatasnya informasi soal, 'dosis', dan juga siapa saja yang diperbolehkan untuk mengonsumsi jamu.

Padahal, Fiastuti mengatakan, bahwa minum jamu juga harus punya takarannya sendiri. Dengan kata lain, minum jamu tak bisa disamakan seperti minum air putih yang bisa dinikmati setiap saat
Sayangnya banyak orang yang belum tahu soal ini. Hal ini membuat banyak orang akhirnya punya kebiasaan buruk untuk minum jamu secara berlebihan.

Fiastuti menilai, dirinya tidak dapat memastikan takaran yang tepat untuk seseorang meminum jamu karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

Setiap orang juga memiliki kebiasaan yang berbeda saat mengkonsumsi jamu. Pada produk jamunya sendiri juga tidak disebutkan berapa banyak takaran bahan yang digunakan serta efek samping usai meminumnya. Padahal ini berpengaruh pada jumlah dan frekuensi minum.

"Berapa banyak kunyit, berapa banyak asam, berapa banyak diminum per hari tidak ada yang tahu kan. Belum ada penelitian yang mengatakan jika kita minum kunyit asem, kunyitnya lima gram, asemnya lima gram, efek sampingnya apa belum ada kan,” tuturnya.
“Tidak ada aturan yang jelas, kadang-kadang juga kalau jamu yang enteng seperti beras kencur mungkin tidak ada efeknya, tapi ada juga jamu yang efek porosis karena asamnya terlalu banyak. Ini bisa menimbulkan kerusakan lambung, kerusakan ginjal juga bisa. Tidak ada dosis yang jelas,” ucapnya.

Dari pengalamannya, Fiastuti mengatakan, pernah beberapa kali menerima pasien yang mengalami kerusakan lambung seperti bocor dan bolong serta kerusakan ginjal akibat minum jamu.

Meski demikian, Fiastuti enggan mengatakan jamu apa yang diminum oleh pasiennya tersebut.

Fiastuti menyarankan, jika ingin meminum jamu lebih baik memastikan bahan apa yang digunakan dan tidak dalam takaran yang berlebihan. (cnnindonesia.com)
 
Link Banner
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==